Jumat, Desember 2

Tawang

Tawang I :
Terima kasih atas kedatangan dan kepergian yang tidak menerimakan apa-apa
hanya lengang bayang gerbong panjang setelah nyanyian orkes* semarang
penanda kedatangan di bunyikan

Tawang II :
Perjalanan cemas di jerit kereta yang bergegas lepas dari stasiun
menyisakan debar hening bertajuk namamu,
luruh di larut yang usai kemudian selesai...

Tawang III :
Gerik semarang di ambang subuh, lintasan rel berderak laju semakin melaju jauh
Orang-orang bergerak menuntut waktu menyimpan kenangan menuju tujuan.

Tawang IV :
Kami berpelukan di antara bayang-bayang, bercerita tentang denting hati disebuah peron dengan gamang
Kami dalam satu stasiun tanpa kedatangan tanpa kepergian hanya ada kami dan cerita tentang tanpa tujuan

Tawang V :
Sepatah kalimat terjebak di antara lintasan rel,
terbendung hujan deras yang berdentum di atas gerbong yang berjalan gegas
Sebentuk peluk melindap di jemari ringkih yang tergeletak pilu
di gagang bangku penumpang yang diam membeku melipati rindu.

Tawang VI :
Peron bergetar seperti hendak turut berdendang ketika irama gambang berdentang
dan kereta dari kejauhan datang : perjumpaan
Kereta memilih menjanjikan kenangan dalam berbagai rupa pada peron.
Dan kau memilih memberiku airmata sebagai penanda bagi kita : perpisahan

Tawang VII :
Kami melemparkan rutuk atas perbedaan di sepanjang peron milik tawang ,
dan memunguti tanya pada derak rel bising yang turut dalam percakapan,
Hanya dengung keramaian dan ketiadaan yang kami tangkap atas semua : sia-sia,
lalu kami teruskan percakapan, hanya saja ini tentang kami. bukan lagi tentang sesiapa yang kami miliki

Tawang VIII :
kpd : perbedaan,
Aku memang tak perlu menangisi punggunggmu di stasiun tua itu.
sebab jalan telah memetakan jejak-jejaknya sendiri di gerbong mana semua akan berakhir
ini hanya soal menerima dan menghapus airmata jadi biarkan semua lepas seperti apa adanya saja
kita tak perlu mengingat rupa nama supaya semua tetap sama adanya apa

Tawang IX :
Detik-detik kedatangan begitu gegas mengemasi kecemasan,
melipat ketidakpastian dan mengurung serbuan perih di sudut mata
Detik-detik kepergian begitu tegas menghempaskan rindu yang belum tuntas,
meyerpihkan getas dan memulangkan ribuan perih dengan airmata

Tawang X :
Pada tubuhmu, kumiliki ia dengan sementara
:kereta-mu


agustus - september 2010



Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer

0 komentar:

Posting Komentar

 
Powered by Blogger