Rabu, Juni 29

sekedar saja

I.
stasiun telah merautkan kenisbian tentang kepulangan dan kedatangan yang terpaut pada ujung peluit dan derak laju kereta,
kubilang biar saja karcis kusobek dan kau memarahiku atas tindakan itu, biar terus saja kudengar suaramu, biar aku tak perlu memendam kerinduan jika kau harus menaiki gerbong yang sudah di tetapkan oleh karcis sialan itu, paling tidak kebodohanku menyelamatkan hatiku yang akan lekat dengan kepatahan dan ketidakpastian yang akan di utarakan oleh kepergian setelah semua ini berakhir.

II.
sudah kutetapkan apa saja yang harusnya menetap dalam barisan ini, entah sadar atau tidak sebaiknya daftar itu tak teperinci jika inti telah terdiri dari sebuah isi yang harusnya memang kita miliki di dasar hati.

III.
untuk sekedar sebuah tangisan telah kulupakan, semenjak musim menyerukan tentang hujan yang bertengger di apa saja yang ia temui.
Februari kali ini yang tergenggam hanyalah serbuk dendam yang akan tertaburkan di kornea mata sayumu yang masih kurindu supaya bisa kuperlihatkan sebuah wajah merah
;kemarahan

IV.
mungkin jika nanti kau lihat senja tak lagi merona merah dan malam menyendiri meninggalkan bintang, kau tak perlu bertanya bagaimana aku mensiasati cinta sepetak ini, sudah kupatahkan pagar ragu dan kuderaskan hujan di pelataran, sebelum kudengar kau menyebut namanya.

V.
menikmatimu seperti sedang mendengarkan jazz yang ramai dengan liuk saxsofone juga tuts piano menghipnotis isi kepala dengan desah romantis dan lengking rindu
;menabjubkan...



Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer
 
Powered by Blogger