Selasa, September 25

Ocehan sekedar

Bahkan dengan begitu mudahnya ku temukan wajahmu di lingkaran ini. 
Seperti pada puntung rokok yang menyala atau tumpukan abu dalam asbak cekung, pada semangkok mie hapkie dan sepasang sumpit kayu, pada secangkir nescafe classic panas atau pada gantungan kunci berbentuk Tuk. 
Terlalu mudah untuk melepaskan ingatan tentang perasaan yang terlambat, tentang waktu yang memilih lambat untuk melesatkan kejujuran pada kedua pasang mata yang telah memiliki rumah masing-masing. 
Tangis terlalu luka untuk kita pelihara bukankah kita telah terpilih sebagai dunia, sebagai sesuatu yang kita maknai dalam perasaan yang membangun rasanya sendiri. 
Meskipun waktu mempertemukan kita pada jalan buntu, dan kita memutuskan memilih dengan rela dengan logika yang terbuka untuk kembali pulang. 
Dan kembali dengan mudah mengisi ingatan tentang kenangan yang paling sulit untuk kita saling lepaskan.



Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer

Ocehan sekedar

Tak ada lagi tempat untuk sang percakapan, untuk sekedar bualan logika atau isyarat dada yang mungkin tertelan bulat-bulat atau sedikit demi sedikit, yang biasa hadir ketika fajar merengek menjemput sang terik, ketika senja membelai tubuh menuju malam dalam memerdekakan kita dari tancapan segala duri penat dan pusara arus hiruk pikuk waktu.
Tadi... pada pagi yang begitu pagi, mereka diam-diam pergi membawa lusinan suka tentang cita, juga sebuah kotak besar yang berisi perasaan-perasaan milik kamu, milik aku.
Mereka meninggalkan entah sengaja menanggalkan selembar kejujuran yang terlalu kaku untuk terbungkus pilu yang dengan segera mengintimdasi dada bagian kiri, dengan kepedihannya dengan kepatahannya yang panjang yang curam dan dalam.
Apalagi yang hendak kita redam setelahnya, ketika kesunyian begitu purna dan aku melayang lengang kemudian mati pelan-pelan dalam kesurian bersama ribuan puisi dan jejak yang tak lagi engkau lengkapi dengan bait-bait sakti.
Maka biarkanlah kotak besar dalam genggaman mereka melapuk dengan kelelapan mimpi yang setelah ini akan kuciptakan dengan baik dan rapi meski dengan tanpamu ataupun sang percakapan. 
Meski habis warna, meski harus pergi suara atau kata-kata, meski mati kita dalam istirah bisu.. yang sepi.. yang paling.. dalam  kenyalangan.. panjang.




Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer

Sabtu, September 22

Ocehan sekedar


Mengopi

Ijinkan saya diam di sana menghitam dan menari dengan kepahitan.

Menerima ruah yang melestarikan mimpi hanya mengembang sebentar lalu hilang.

Biarkan saya mati tersenyum dengan meneguk ribuan cafein yang mengkristal di lipatan usus saya yang entah dan berulang-ulang tanpa bosan.

Dan menemuinya melarut denganya dalam pelukan dan gengaman miliknya, adalah list terfavorit dan terlalu rajin saya catatkan pada notes waktu yang beraroma entah dan pahit ini.

Ki.



Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer

Ocehan sekedar

Maka menyiksa adalah menghujani bulan merah dengan amarah dan resah perlahan tapi tajam dan dalam. Warna hijau telah mati mampat karena klorofil pecah sebagai darah dan saya memuntahkannya dengan airmata. Mari mengutuk dada, menunjuk mereka sebagai sampah kotor dalam dusta yang nista dalam porak poranda nasib tercela yang menganga. Dan tolong bunuh sajak saya dalam keadaan sekarat dalam wajah meronta karena kehilangan otak dan bijak.

Ki.



Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer

Ocehan sekedar

Yang saya tahu ini bukan lagi kepulangan seperti yang kau katakan dengan lirih selirih asap rokok yang melipir lewat wajahmu yang samar saya lihat, sebab lampu 5watt ini tak cukup menerangi beranda rumah yang terlalu tua dan gelap. Katamu saya masih terlalu getas dan rewel jika harus menyimpan kupu-kupu milikmu, bisa-bisa malah tanpa sengaja membunuhnya dalam waktu yang tak bisa saya anggap sebagai sementara, yang tak bisa saya protes harus berhenti di mana untuk melepasnya, agar dapat membantu tubuh saya menemukanmu. 
Pulang kali ini saya terlalu lelah untuk sekedar membuka pintu yang terkunci, untuk sekedar menyalakan lampu pada tiap-tiap ruangan, lalu saya harus repot memaksa pergi sang kerinduan yang dengan mudah muncul di setiap udara yang berada di rumah yang katanya rumah kita, tapi hanya saya saja yang pulang tapi tidak dengan kau. Inikah yang kau sebut dengan kepulangan ? yang menerimakan kesedihan tinggal dalam sela-sela rongga dada ? dan mengikat airmata dengan pejam yang tak pernah leram dalam nyenyak ? jika ini yang kau maksud saya akan lebih memilih meracuni otakmu agar kau lumpuh agar kau merasakan apa yang saya hadapi adalah tragis yang luar biasa baik. 
Kau yang senja kau yang gelap kau yang segalanya memberikan cahaya kau sang kupu-kupu yang hanya saya genggam dalam lingkaran nanar yang tak pernah sanggup mengandeng tangan saya untuk pulang bersama untuk berbagi peluk atau ciuman ketika dengung sepi bermalam di kamar hijau pupus yang pernah kau katakan bahwa itu warna yang telah memilikimu. 
Jendela kamar mengirimkan semacam pesan semacam kusam yang memuram ketika hendak saya baca, maka urung saya cukup melepaskan apa yang tak dapat lagi saya reka, menerima kepeduliaan dari kesedihan yang membalut tubuh dengan pilu di sana-sini sebab saya sebaiknya menyerah untuk menerima paham kepulangan yang kau ciptakan, meskipun saya paham saya tak akan pernah memahami,bahkan untuk sekedar menanggalkan ingatan yang dulu terlanjur besar dan tumbuh di ketiak dan bibirmu.

Ki..



Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer

Ocehan sekedar

Tentang :

1. Kudapati beberapa pintu kaca pada prosa-prosa miliknya yg berserakan di setiap lipatan buku. Pintu kaca tersebut memantulkan kesedihan tentang tawa dan bahagia yang ia temui dalam pelukan bantal dan selimut jika malam tiba. Dan pada kacanya samar-samar aku menemukan wajahku tengah ikut tertidur dengan pasi.
*inspired from Biografi Kehilangan by Dina Oktaviani.*

2. Di sana tergeletak sepenggal memo yang hendak ku kirimkan untuk membuatmu terus menenun pikir, menelisik desir, dan membaca jejak kecilku di salah satu sudut pada ruang dadamu.
*inspired from  #L'ACTER  (yang tak pernah kau mengerti)
Biografi Kehilangan by Dina Oktaviani.*

3. Mata sajaknya menikam tepat di jantungku, dan perlahan nyawaku terbang kehilangan udara. Lalu aku mati sedikit demi sedikit sembari  menikmati bait-bait tajam yang ia tancapkan berulangkali ke seluruh tubuh getas milikku.
*inspired from Biografi Kehilangan by Dina Oktaviani. *

"Berulangkali menulis tentang kehilangan, bagaimana ia bisa tak habis-habis, sedang kepemilikan yang kumiliki sudah menipis. Dan aku tak hendak melengkapi sang tragis untuk suatu nanti ataupun kali ini".
~Ki.
 

Published with Blogger-droid v2.0.9



Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer
 
Powered by Blogger