Kamis, Juni 21

notes

Surat kepada yang telah tertidur


Barangkali aku sudah terlalu sering memberikan selembar surat yang di dalamnya berisi potongan sajak berdiksi lugas ataupun bermetafora lepas yang mungkin malah kau anggap absurd. 
Yang selalu pelan-pelan kau baca dengan mimik aneh yang membentuk raut lucu ketika kerutan pada alismu meninggi dan setelahnya engkau tak pernah berkelanjutan untuk segera menulis balasan kepada surat milikku tersebut. 
Di sampingmu aku memandangi dengan harus cukup sanggup menahan desis tawa yang kusimpan rapat-rapat disungging bibir yang telah kau hafal kebohongannya. 
Lalu kita saling berkata dalam senyum betapa kita telah saling mengenal ; Engkau yang tak mampu membohongiku dengan kepolosanmu dan kekhilafan yang selalu kau maklumi pada kedua mata sayu milikku. 
Saling mengalah dan kemudian saling menyalahkan, saling menyalahkan lalu kemudian saling membenarkan sebentuk permainan yang menjadi identitas bagi jiwa yang belum matang namun saling mendewasakan, saling melanjutkan, dan saling berpelukan untuk saling memberi arti dalam tatanan sebuah dogma di lingkaran abad kehidupan yang memiliki perangai dalam beberapa rupa musim. 
Kita selalu saja mengakhiri hari dengan kebaikan dan keburukan dengan skor satu sama untuk masing-masing
Dan seperti halnya sang hujan yang telah membaur dan melebur dengan kita yang terlalu suka dengan segala tentang basah yang kuyub. 
Yang terlalu mencintai keisengan untuk berburu apa saja tentang petualangan yang terkadang membuat kita pincang karena terjatuh dari sungai yang curam, ketika hujan begitu deras dan aku memaksa untuk terus menyeberanginya agar kita tidak terlambat menangkap pelangi atau menghindari petir yang terlalu galak bagi jantung lemahku yang tak sanggup untuk terus-menerus merasa terkejut akan berisik suara lantangnya. 
Terlalu hobi berlari kemana saja seperti sang angin yang begitu sederhana memiliki pilihan perihal pertanyaan atau jawaban yang tak akan pernah menjadi soal penting. 
: Serupa cemburu yang hanyalah perkara yang mirip dengan hilangnya senja di pelukan malam. 
Sebuah marah hanyalah tentang cubitan di pinggang atau jitakan yang mendarat mulus di kepala untuk menyelesaikannya. 
Atau perasaan sedih yang hanya butuh setangkup eskrim strawberry dan pundak gagahmu untuk menopang derasnya airmata yang diam-diam sembunyi di kelopak mataku, lalu engkau hanya tersenyum dan melepaskan sekumpulan jemarimu untuk mengusel di hidung mancung milikku lalu sebentar kemudian aku mengikuti senyummu dan menyembunyikan malu di di lapangnya dada hangatmu persis seperti anak kecil yang tidur pulas dibelahan payudara sang ibunda. 
Dan tertawa bahagia hanyalah dengan cukup bersyukur ketika melihat engkau kekenyangan menghabiskan serantang nasi jagung, bersayur urab kluban, dan lauk ikan gereh bakar, lalu sesaat kemudian jatuh terkulai tidur dengan senyum manis sempurna sembari memeluk betis milik kaki kecilku.



*kado buat ultah si 20102010



Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer

0 komentar:

Posting Komentar

 
Powered by Blogger