Minggu, Oktober 7

Duapuluh Oktober

Surat dan sweater biru tua

sore ini aroma parfum basah terhidu ketika tempias hujan mampir di kaca jendela tua.
musim ini datang lagi mencipta jarak dalam belokan tajam, kau memaku payung di tubuh, di halaman aku menyiapkan tempayan besar siap menampungnya, lalu kamar kita menjamur sajak rindu yang rimbun yang hijau. di tempat yang jauh aku berusaha menemuimu dengan pesan instan yang sudah lebih dulu menghilangkan sinyalnya, mungkin kau akan terlambat tahu bahwa aku menunggu kau cepat menjemput.

suara dan cahaya kilat menggambar sempurna ketakutan di wajah milikku, kau di sana meradang pada langit mengeluh tentang kecemasan yang tak berhenti ketika listrik mati suri dalam keadaan badai. 
aku menciumi kau melalui sweater biru tua yang tertinggal di sofa, dan menyembunyikan tubuh sepiku ke dalamnya. kau masih belum beranjak dari percakapan gamang karena oktober mendadak cepat sekali basah dan gelap sebelum kau memulai perayaan perasaan pada lipatan kedua puluhnya.

kopi muram dalam cangkir hitam, hampir dingin ketika tulisan sendu tentang peri malam berserakan di kertas  putih yang ku simpan di saku sweater biru tua milikmu, dan kau membayangkan dua pasang mentari mengeringkan tanah basah oktober sambil tersenyum lucu. 
pastinya kita sama merasa kedinginan kali ini, lalu diam-diam kita mencari sisa-sisa pelukan di helaan nafas pelan-pelan hingga memori tentang jingga sang senja merasuki syaraf otak secara perlahan. 
kemudian menjelma hangat yang purna, lalu dengan mudah kita saling siap meletakan ucapan selamat lelap hanya pada langit-langit kamar tanpa kecupan atau usapan punggung.

:) 






Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer

0 komentar:

Posting Komentar

 
Powered by Blogger