Selasa, September 25

Ocehan sekedar

Tak ada lagi tempat untuk sang percakapan, untuk sekedar bualan logika atau isyarat dada yang mungkin tertelan bulat-bulat atau sedikit demi sedikit, yang biasa hadir ketika fajar merengek menjemput sang terik, ketika senja membelai tubuh menuju malam dalam memerdekakan kita dari tancapan segala duri penat dan pusara arus hiruk pikuk waktu.
Tadi... pada pagi yang begitu pagi, mereka diam-diam pergi membawa lusinan suka tentang cita, juga sebuah kotak besar yang berisi perasaan-perasaan milik kamu, milik aku.
Mereka meninggalkan entah sengaja menanggalkan selembar kejujuran yang terlalu kaku untuk terbungkus pilu yang dengan segera mengintimdasi dada bagian kiri, dengan kepedihannya dengan kepatahannya yang panjang yang curam dan dalam.
Apalagi yang hendak kita redam setelahnya, ketika kesunyian begitu purna dan aku melayang lengang kemudian mati pelan-pelan dalam kesurian bersama ribuan puisi dan jejak yang tak lagi engkau lengkapi dengan bait-bait sakti.
Maka biarkanlah kotak besar dalam genggaman mereka melapuk dengan kelelapan mimpi yang setelah ini akan kuciptakan dengan baik dan rapi meski dengan tanpamu ataupun sang percakapan. 
Meski habis warna, meski harus pergi suara atau kata-kata, meski mati kita dalam istirah bisu.. yang sepi.. yang paling.. dalam  kenyalangan.. panjang.




Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer

0 komentar:

Posting Komentar

 
Powered by Blogger